Dewa Ayu Wipradnya Dewi. Diberdayakan oleh Blogger.

Blogger Bali

Alamku Baliku

Pura Goa Giri Putri

Selasa, 26 Agustus 2014


Banyak berdiri Pura di Nusa Penida ini, salah satunya adalah pura yang terletak di dalam goa yang dikenal dengan Goa Giri Putri. Lokasi Goa pada ketinggian 150 meter dari permukaan laut dan memiliki panjang sekitar 310 meter. Pura ini sebagai tempat memuja Tuhan dalam manifestasinya sebagai seorang perempuan cantik yang disebut Hyang Giri Putri, yang merupakan salah satu saktinya dan kekuatan Tuhan dalam wujudnya sebagai Dewa Siwa. Tempat wisata di Pulau Nusa Penida adalah desa Toya Pakeh


Untuk mencapai lokasi kita harus naik jalan berundak-undak (anak tangga) yang berjumlah 110 undak. Sampai di atas, bertemu pelinggih pertama berupa sebuah Padmasana, pemandangan dari atas sini ke lepas pantai begitu indah, angin semilir yang sejuk begitu membuat. nyaman dan khusuk saat melakukan persembahyangan. Goa Giri Putri sering dijadikan objek wisata lokal terutama di Hari Raya Galungan dan Kuningan.
Di sini terdapat sebuah goa kecil menuju Goa utama, goa ini berdiameter sekitar 70 cm di antara lekukan batu, masuk ke mulut goa, anda harus berjalan sambil berjongkok sekitar 3 meter, nah setelah ini kita akan tiba di sebuah ruangan goa yang cukup besar, kita merasa tercengang ternyata mulut goa yang begitu kecil di dalamnya terdapat ruangan goa yang besar, yang hampir bisa menampung hampir 5000 orang.


Di dalam ruagan Goa ini terdapat sekitar 6 buah pelinggih. Bagi umat Hindhu yang akan melakukan persembahyangan agar bisa menyiapkan sarana dan prasarana, disini juga para pemedek akan diberikan pengelukatan. Nah pada akhirnya Goa tembus dengan mulut goa yang besar, Pelinggih terakhir yang kita temui di mulut Goa adalah  pelinggih Hyang Siwa Amerta, Sri Sedana/Ratu Syahbandar dan Dewi Kwam im yang merupakan Dewa Pemurah, Pengasih dan Penyayang, Penolong, Kebijaksanaan serta Dewa-dewi Kemakmuran.


Pura Dalem Ped

Senin, 25 Agustus 2014

Pura ini sangat terkenal Namanya Pura Penataran Agung Ped (kata Ped sering  ditulis dan diucapkan Peed). Tapi pura ini sering disebut Pura Dalem Peed. Letak pura ini di Desa Peed, Sampaian, Nusa Penida, Kabupaten Klungkung. Untuk menuju pura ini, umat harus menyeberang laut sekitar 30 menit dari Pelabuhan Padangbai. Bisa juga dari Pantai Sanur, Denpasar, namun perjalanannya tentu lebih lama.
Karena pengaruhnya yang sangat luas, Pura Penataran Agung Ped disepakati sebagai Pura Kahyangan Jagat. Pura ini selalu dipadati pemedek untuk memohon kerahayuan. Bagaimana sejarah pura ini? Pura ini menyimpan banyak cerita menarik, bahkan sedikit berbau "seram".
Pada awalnya, informasi tentang keberadaan Pura Penataran Agung Ped sangat simpang-siur. Sumber-sumber informasi tentang sejarah pura itu sangat minim, sehingga menimbulkan perdebatan yang lama. Kelompok Puri Klungkung, Puri Gelgel dan Mangku Rumodja Mangku Lingsir, menyebutkan pura itu bernama Pura Pentaran  Ped. Yang lainnya, khususnya para balian di Bali, menyebut Pura Dalem Ped.
Seorang penekun spiritual dan penulis buku asal Desa Satra, Klungkung, Dewa Ketut Soma dalam tulisannya berjudul Selayang Pandang Pura Ped berpendapat, kedua sebutan dari dua versi yang berbeda itu benar adanya. Menurutnya, yang dimaksudkan adalah Pura Dalem Penataran Ped, Jadi, satu pihak menonjolkan "penataran"-nya, satu pihak lainnya lebih menonjolkan "dalem"-nya.
Beberapa sumber menyebutkan, pura itu pada awalnya bernama Pura Dalem. Dalam buku Sejarah Nusa dan Sejarah Pura Dalem Ped yang ditulis Drs. Wayan Putera Prata menyebutkan Pura Dalem Ped awalnya bernama Pura Dalem Nusa. Penggantian nama itu dilakukan tokoh Puri Klungkung pada zaman I Dewa Agung. Penggantian nama itu setelah Ida Pedanda Abiansemal bersama pepatih dan pengikutnya secara beriringan (mapeed) datang ke Nusa dengan maksud menyaksikan langsung kebenaran informasi atas keberadaan tiga tapct yang sakli di Pura Dalem Nusa.
Saking saktinya, lapel-tapel itu bahkan mampu menyetnbuhkan berbagai macam penyakit, baik yang diderita manusia maupun tumbuh-tumbuhan. Sebclumnya, Ida Pedanda Abiansemal kehilangan ' tiga buah tapel. Begitu menyaksikan tiga tapel yang ada di Pura Dalem Nusa itu, ternyata tapel tersebut adalah miliknya yang hilang dari kediamannya. Namun, Ida Pedanda tidak mengambil kembali tapel-tapel itu dengan catatan warga Nusa menjaga dengan baik dan secara terus-menerus melakukan upacara-upacara sebagaimana mestinya.
Kesaktian tiga tapel itu bukan saja masuk ke telinga Ida Pedanda, letapi ke seluruh pelosok Bali. Termasuk, warga Subak Sampalan yang saat itu menghadapi serangan hama tanaman seperti tikus, walang sangit dan lainnya. Ketika mendengar kesaktian tiga tapel itu, seorang klian subak diutus untuk menyaksikan tapel tersebut di Pura Dalem Nusa. Sesampainya di sana, klian subak memohon anugerah agar Subak Sampalan terhindar dari berbagai penyakit yang menyerang tanaman mereka, Permohonan itu terkabul. Tak lama berselang, penyakil lanaman itu pergi jauh dari Subak Sampalan. Hasil panenpun berlimpah.

Pura Goa Lawah


Kabupaten Klungkung merupakan salah satu daerah tujuan wisata di Propinsi Bali, banyak sekali pilihan berwisata anda di daerah ini. Tidak hanya menawarkan keindahan panorama pantai namun keberadaan pura yang agung dan berhistori tinggi terdapat disini, salah satunya adalah Pura Goa Lawah. Pura ini terletak di Desa Pesinggahan, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung, Bali.
Pura Goa Lawah yang memiliki arti “Lawah yaitu kelelawar” merupakan salah satu pura kahyangan jagat dimana di dalamnya bersarang ribuan kelelawar yang dipercaya akan mendatangkan musibah bagi siapa saja yang mengganggunya. Pura ini dijadikan tempat pemujaan Dewa Laut sebagai manifestasinya kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Di dalam Lontar Prekempa Gunung Agung diceritakan tentang adanya utusan dewa Siwa kepada Sang Hyang Trimurti (Brahma, Wisnu dan Iswara) untuk menyelamatkan bumi. Dewa Brahma menjelma menjadi Naga Ananta Bhoga, Dewa Wisnu menjadi Naga Basuki dan Dewa Iswara menjadi Naga Taksaka. Naga Basuki yang merupakan jelmaan dari Dewa Wisnu kepalanya menuju laut yang menggerakkan samudera agar menguap menjadi mendung sedang ekornya menjadi gunung serta sisiknya menjadi pohon-pohon yang lebat. Kepala Naga Basuki itulah yang menjadi symbol dari Goa Lawah dan ekornya yang menjulang menjadi Gunung Agung, dimana pusat ekornya ada di pura Goa Raja salah satu pura yang terdapat di Pura Besakih. Konon menurut cerita pada jaman dahulu Pura Goa Raja tembus sampai ke Pura Goa lawah yang kemudian tertutup karena adanya gempa pada tahun 1917.
Dibagian pura terdapat pelinggih Sanggar Agung tepat berada di mulut goa sebagai tempat pemujaan Sang Hyang Tunggal (Tuhan YME) serta terdapatnya Meru Tumpang Tiga, Gedong Limasari dan Gedong Limascatu.
Dalam beberapa lontar disebutkan bahwa Pura Goa Lawah dibuat atas keinginan Mpu Kuturan pada abad XI Masehi dan kembali dipugar pada abad ke XV Masehi. Adapun upacara keagamaan yang sering dilaksanakan di pura ini adalah: upacara Nyekah dan Memukur atau Meliga.
Dengan dijadikannya pura ini sebagai salah satu tujuan wisata maka bermunculanlah warung penjual makanan dan minuman yang menjadi fasilitas pendukung selain toilet dan area parkir yang cukup memadai bagi wisatawan.
Pura ini dapat dicapai dalam waktu sekitar 45 menit perjalanan dari Kota Denpasar dengan jarak tempuh kurang lebih sekitar 30 km perjalanan.
Bali adalah Pulau Dewata, tak salah ungkapan tersebut karena begitu banyak pura di propinsi ini yang sarat akan nilai histori yang tinggi serta keagungan pura yang artistik serta mempunyai daya tarik magis spiritual tersendiri.

 

Translate

Penyebrangan Ke Nusa Penida :

Most Reading